Back

The Best Cerpen Fortasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah Tingkat Kabupaten Banyumas 2023

Loading

Cerpen yang Berjudul

Titip Salam Untuknya Jika Kau Seujung Dunia

Deana duduk termenung, sambil sesekali ujung jemarinya yang lentik mengusap pipinya yang putih. Tubuhnya yang ramping masih terpaku tak bergeming sedikitpun. Bibirnya terkatup. Matanya yang bulat masih memandang kosong. Hatinya risau, sambil sesekali menghela nafas panjang. “De…. Yuuk pulang …” ajak Mia lalu meraih tangan Deana sambil menarik pelan agar Deana berdiri. Deana menggeleng lemah. Matanya basah. Mia mengusap air mata Deana dengan tisu. Lalu Mia kembali meraih tangan Deana agar mau berdiri dan segera pulang bersama Mia. Sepanjang jalan menjadi sunyi. Saat Mia bertanya Deana tak mau berkata sepatah katapun. Hatinya masih terluka. Sakit dan rasa benci juga kecewa terlihat jelas di ujung matanya. Mia berusaha diam tak berkata-kata. Ikut merasakan luka yang di rasakan sahabat karibnya. Akhirnya sampailah Mia ke rumah Deana. Setelah bertemu mama Deana, Mia segera pulang dengan motornya. Seribu rasa yang dirasakan Mia. Tapi memang hanya Mia yang tahu. Hari berganti. Saatnya pengumuman penerimaan siswa baru. Tak ada pertemuan antara Mia dan Deana. Menjadi diam. Semua tertuju pada jurnal penerimaan siswa baru. Di sekolah yang sama dan penuh dengan debaran-debaran. Saling memantau tapi tak ada pesan apapun di whathsaap Mia dan Deana. Mencekam. Saat di ujung waktu, Deana sudah diurutan terbawah. Mia menghela nafas panjang. Matanya basah. Hatinya risau dan gelisah. Mia Kembali duduk termenung. Kemudian berdiri lagi dan duduk lagi. Mamahnya yang melihat mia begitu gelisah kemudian bertanya kepada Mia. “Mia… mama lihat kamu itu begitu gelisah nak…kenapa anak Mama yang sholehah.” Kata Mama Mia sambil duduk di sebelah Mia. Mia menggeleng sambil sesekali memejamkan matanya. Kemudian Mia beranjak dari duduknya. Mama Mia meraih tangan Mia yang dingin dan berkeringat. Mama sudah faham dengan kondisi anak kesayangannya kalau sudah begini. “Mama tau nak… coba telpon ke Deana biar hatimu tenang.” Mia kemudian mengangguk seolah meminta persetujuan mamahnya. Deana tidak mau mengangkat telpon dari Mia. Membiarkan tanpa menjawab telpon dari sahabatnya tercinta. Mama Deana yang tahu ada telpon dari Mia heran kenapa Deana tidak mau mengangkat telpon dari Mia. “Deana … kenapa ga diangkat, itu Mia telpon lho..” Tapi Deana diam seribu bahasa. Tak bergeming, hanya air matanya yang mengalir deras. Mama memeluk Deana “De… tidak boleh begitu, masih banyak kesempatan berprestasi di sekolah lain De, tidak harus di SMP favorit itu.” Ayo semangat, sampaikan ke Mia ucapkan selamat kepadanya. Kalian kan bersahabat sudah dari kecil. Tangis Deana pecah, saat waktu cut off berakhir. Hatinya hancur, kecewa dan marah. Deana mengurung diri di kamar. Sesekali tangisnya pecah. Mama kembali sedih saat melihat Deana tidak mau keluar dari kamarnya dan tidak nafsu makan. Mama khawatir dengan kondisi kesehatan Deana. Kemudian mama berusaha menelepon Mia, meminta bantuan agar Mia mau membujuk Deana. Tapi sudah beberapa hari ini Mia susah dihubungi, telpon mamah Mia juga tidak aktif. Seperti mendengar petir di siang hari. Mama Deana begitu kaget saat Rara teman sekelas Deana dan Mia menyampaikan ucapan selamat ke Deana. “Apa benar nak Rara…?” Mama bertanya seperti tak percaya. “Benar tante… apa jurnal kemarin tidak dilihat tante juga Deana?” Mama menggeleng. “Tidak nak Rara… Deana terlanjur kecewa, apalagi Mia malah terbawa karena nilainya di atas Deana.. jadi Deana marah sampai tidak mau makan dan keluar kamar.” Rara kemudian mendekati Deana… “Deana tahukah kamu kalau Mia itu mengalah untuk kamu…?” “Maksudnya Ra..?” Deana terkejut dengan kata-kata Rara. “Mia akhirnya mencabut berkas agar kamu bisa masuk ke SMP favorit dan impianmu De… “ kata Rara pelan. “Benarkah Ra..” Deana berteriak sambil meraih tangan Rara. Hatinya berdegub kencang. Rasa bersalahnya semakin memuncak. Rara mengangguk pelan. Mata Rara basah. Kemudian Deana mengajak Rara dan mamah ke rumah Mia. Tapi Rara menggeleng pelan. “Jangan De… sudah terlambat…” “Kenapa Ra…?” Rara kemudian mengambil amplop pink yang tertulis rapi untuk Deana. Deana terduduk lemas setelah membaca tulisan Mia. Mia ternyata begitu tulus melepaskan impiannya bersekolah di sekolah favorit di kota ini. Mia dan keluarga ternyata telah memutuskan menyusul ayahnya yang bertugas jauh di tanah seberang. Deana, Rara dan mama terduduk lemas dan tanpa terasa air mengalir begitu deras di ujung matanya. Hanya sesal dan rasa bersalah yang tertoreh di hati Deana. Bagaimana cara berjumpa, meminta maaf dan berterimakasih pada Mia. Sahabat terbaik dari kecil. Hanya do’a yang terpanjatkan kelak kita dipertemukan kembali dalam kebahagiaan. Aamiin Yaa Robbal’alamiin……

Karya: Najma FauziyyaH Mazaya

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *