Mengkaji Kitab Ta’limul Muta’allim Pasal : (Meluruskan) Niat Ketika Belajar
Belajar adalah salah satu kewajiban bagi setiap Muslim. Namun, belajar tidak cukup hanya dengan menghafal atau memahami materi saja, tetapi juga harus dengan niat yang lurus karena Allah SWT. Niat yang lurus adalah niat yang sesuai dengan tujuan syariat, yaitu untuk mengenal Allah, mengamalkan ajaran-Nya, dan menyebarkan kebaikan kepada makhluk-Nya.
Seorang muslim wajib memiliki niat ketika belajar, karena dengan niat merupakan dasar dari semua perbuatan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad ﷺ ;
اِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَات
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya.” (HR. Bukhari).
Asy-Syafi’I berkata, “(Hadist ini) masuk dalam 60 bab fikih”. Yang lainnya berkata; “Hadist itu adalah seperempat agama Islam.” Sedangkan Abdurrahman bin Mahdi dan lainnya berkata, “Hendaknya bagi siapa saja yang menulis buku untuk memulainya dengan hadist ini, sebagai bentuk peringatan kepada seorang murid supaya meluruskan niatnya.”
Niat adalah motivasi atau tujuan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Niat juga merupakan salah satu syarat sahnya ibadah dalam Islam. Oleh karena itu, niat harus senantiasa diluruskan, selalu diperbaharui agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak baik, seperti riya, sombong, atau malas.
Dalam kitabnya, Imam Az-Zarnuji mengatakan bahwa berapa banyak amalan yang terlihat sebagai amalan dunia, lalu menjadi amalan akhirat karena niat baik. Dan berapa banyak amalan terlihat sebagai amalan akhirat, lalu menjadi amalan dunia karena niat yang buruk.
Semestinya seorang pelajar berniat menuntut ilmu karena mencari Ridha Allah dan kehidupan akhirat, serta menghapus kebodohan dari dirinya dan segenap orang-orang bodoh, menghidupkan agama, dan melanggengkan Islam. Sebab, kelanggengan Islam adalah dengan ilmu.
Sebagai pelajar, niat adalah hal yang sangat penting untuk menentukan arah dan kualitas belajar. Niat yang baik akan membuat pelajar lebih bersemangat, fokus, dan bertanggung jawab dalam menuntut ilmu. Niat yang baik juga akan membawa berkah dan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, niat yang buruk akan membuat pelajar mudah bosan, terganggu, dan menyepelekan proses belajar. Niat yang buruk juga akan membawa kerugian dan dosa dari Allah SWT.
Syekh Imam Qawamuddin Hammad bin Ibrahim dalam syairnya tentang niat ketika belajar mengatakan;
مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِلْمَعَادِ – فَازَ بِفَضْلِ الرَّشَادِ
فَيَا لِخُسْرَانِ طَالِبِيْهِ – لِنَيْلِ فَضْلٍ مِنَ الْعِبَادِ
Siapa yang menuntut ilmu untuk negeri akhirat
Ia akan meraih keutamaan dari Ar-Rasyad (Allah)
Duhai, betapa meruginya orang-orang yang mencari ilmu
Karena ingin mendapat pujian dari hamba (manusia)
Dari syair tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa niat utama kita belajar adalah untuk kepentingan akhirat yang berfokus pada Allah swt. Betapa ruginya kita jika niat belajar semata-mata hanya demi kepentingan dunia (yang hina, sedikit, dan fana) dan berfokus pada (pujian) manusia semata.
هِيَ الدُّنْيَا أَقَلُّ مِنَ الْقَلِيْلِ – وَ عَاشِقُهَا أَذَّلُ مِنَ الذَّلِيْلِ
تُصِمُّ بِسِحْرِهَا قَوْمًا وَ تُعْمِي – فَهُوَ مُتَحَيِّرُوْنَ بِلَا دَلِيْلٍ
Itulah dunia, ia lebih sedikit dari yang sedikit
Pendambanya lebih hina dari yang hina
Orang-orang menjadi tuli dan buta karena sihirnya
Mereka bingung tanpa pemandu
Seyogyanya seorang ahli ilmu tidak menghinakan diri dengan bersikap tamak terhadap hal yang tidak pantas untuk ditamaki, dan menjaga hal-hal yang dapat merendahkan ilmu dan pemiliknya.
Begitulah dunia, bak fatamorgana, terlihat indah namun hina, terlihat nikmat namun hanya penuh dusta. Betapa banyak manusia terkena dampak sihir dunia yang akhirnya tersesat dan terjerumus kedalam lubang kemaksiatan tanpa dan dengan ilmu. Itulah mengapa kita harus dan terus meluruskan niat kita dalam belajar, agar ilmu kita dapat menjadi “pemandu” kita dalam menjelajahi dunia yang sementara ini dan sampai pada tujuan utama sebagai hamba dengan memperbanyak bekal ibadah untuk dinikmati di kampung akhirat kelak.
Dengan meluruskan dan memperbaharui niat sebagai pelajar, ada beberapa hal yang bisa dilakukan, antara lain:
- Mengingat tujuan utama belajar, yaitu untuk mengenal Allah SWT dan mengabdi kepada-Nya.
- Mengingat manfaat belajar, baik di dunia maupun di akhirat, seperti menambah ilmu, mengembangkan potensi, dan meningkatkan kesejahteraan.
- Mengingat tanggung jawab belajar, baik kepada diri sendiri, orang tua, guru, masyarakat, dan negara.
- Mengingat teladan belajar, yaitu Rasulullah SAW dan para ulama yang selalu haus akan ilmu dan berusaha keras untuk mendapatkannya.
- Menghindari hal-hal yang bisa merusak niat, seperti godaan hawa nafsu, pengaruh teman yang negatif, atau media sosial yang tidak bermanfaat.
Selalu meluruskan niat sebagai pelajar secara rutin dan konsisten, Insya Allah kita akan mendapatkan hasil yang maksimal dari usaha kita, serta berharap mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat kelak. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Allhumma Amin.
Daftar Pustaka ;
Imam Az-Zurnaji, Ta’limul Muta’alim (Pentingnya Adab Sebelum Ilmu). Solo: Aqwam, 2019.
Penulis Artikel : Eka Fadhil Ibrahim, S.Pd.
Sebagai : Guru Pendidikan Agama Islam dan Staff Kesiswaan